Sabtu, 07 April 2018

Kisah Nyata: A Child Called IT



A Child Called “IT” merupakan buku yang menceritakan sebuah kisah nyata dari perjuangan seorang anak untuk bertahan hidup. Dave Pelzer ialah seorang penulis buku ini sekaligus anak yang mengalami penyikasaan oleh ibunya sendiri. Buku ini merupakan buku pertama dari trilogi atau rangkaian tiga buku kisah Dave Pelzer. Buku yang kedua berjudul “The Lost Boy” dan buku yang ketiga berjudul “A Man Name Dave”. Buku pertama Dave mengisahkan tentang awal dari penyiksaan yang dialami Dave di masa kecil ketika berumur 4 hingga 12 tahun dan perjuangan untuk bertahan hidup dari penyiksaan-penyiksaannya tersebut.

Dave Pelzer lahir ditengah keluarga yang harmonis. Pada awalnya keadaan keluarga mereka sangat bahagia selalu berlibur bersama, bermain di pantai, menghias pohon natal, mendapatkan hadiah, dan lain-lain. Dave adalah anak ketiga dari 5 bersaudara. Dave memiliki orang tua yang sangat perhatian pada anak-anaknya. Tetapi hal itu berubah drastis ketika kebiasaan Ibu untuk mendisiplinkan anaknya menjadi hukuman yang membabi buta. Dave mempunyai 2 saudara laki-laki yang kurang lebih seumuran, tetapi sang ibu hanya menyiksa Dave dari pada kedua saudaranya, lebih-lebih lagi mereka ikut menyiksa, dan membully Dave. Sedangkan Dave hanya menganggap ibunya gila.

Dave dipaksa untuk mengikuti “permainan-permainan" yang Ibu buat khusus untuk Dave. Awalnya hanya hukuman pojok kamar kemudian berkembang menjadi hukuman cermin dan terus semakin parah. Dave kecil dipaksa untuk meminum cairan-cairan kimia yang tidak lazim untuk di konsumsi dan dapat mengakibatkan seseorang tidak bisa bernafas seperti, clorox, ammonia, dan sabun pencuci piring. Bahkan Dave pernah dipaksa untuk memakan kotoran adiknya sendiri dan yang lebih parah lagi perut bagian atas Dave pernah ditusuk oleh Ibunya dikarenakan Dave tidak selesai mencuci piring dalam waktu 20 menit. Walaupun kondisi sangat parah tetapi Ibu tidak membawanya ke rumah sakit dan Dave kecil harus mengurus lukanya sendiri yang terkena infeksi. Ibu kandung Dave tidak memberinya makan sehingga ia mulai mencuri makanan di sekolah, mengais makanan di tempat sampah, disuruh memakan muntahan makanan yang telah ia makan, dan mampu bertahan hidup walau sudah tidak di beri makan selama 10 hari. Penyiksaan yang sering dilakukan ibunya terhadap Dave yaitu di pukuli, di tampar, di rendam di bak mandi dingin hingga kulitnya mengerut, serta di kurung di kamar mandi dengan campuran Amonia yang menimbulkan reaksi dan mengeluarkan asap hingga Dave sulit bernafas bahkan hampir mati.

Di awal buku ini diceritakan bahwa Ayah Dave sangat jarang dirumah karena bekerja, sikap ibunya akan sangat berubah menjadi baik jika ayahnya di rumah, dia akan bersikap manis dan memperlakukan Dave dengan baik, tetapi ketika ayahnya tidak dirumah, habislah Dave oleh sang ibu. Dave menganggap sang ayah dewa penolong baginya, tetapi lama-kelamaan ayahnya menjadi tak acuh padanya, walaupun sang ayah tahu Dave disiksa, tetapi ia hanya diam karena Ayahnya selalu di tekan oleh ibunya. Dave sangat membenci Ibunya terlebih lagi Ayahnya karena sudah tidak peduli padanya, tetapi ia tetap menyayangi ayahnya, ia selalu berharap ayahnya berada dirumah, karena siksaan yang dilakukan ibunya tidak seberat jika ayahnya ada dirumah. Ayah dan ibu Dave sering bercekcok dirumah, dan pasti akhirnya akan membahas Dave. Dave selalu merasa ia adalah penyebab orang tuanya bercekcok. Jika ayah sudah berkelahi dengan ibu, ayah akan mabuk-mabukan dan langsung pergi ke tempat kerja serta tidak akan pulang, sedangkan ibu pasti langsung keluar rumah, masuk ke mobil dan menyetir ugal-ugalan dan tentunya Dave menjadi sasaran empuk untuk menumpahkan kekesalannya terhadap Ayah Dave.

Dave benar-benar tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Dave diperlakukan layaknya budak. Bahkan anjing yang dipelihara di rumahnya diperlakukan jauh lebih baik dari Dave. Hingga suatu hari Ibu menyebut Dave sebagai 'it'. Dave sudah tidak di anggap manusia lagi. Dave sudah tidak lagi menjadi salah satu anggota keluarga. Dave hanyalah sesuatu.

Kehidupan Dave yang kelam ketika berada dirumahnya mulai berakhir ketika seorang gurunya di sekolah mengambil tindakan dengan menolong Dave keluar dari rumah itu dengan bantuan polisi sehingga Dave di asuh oleh sepasang suami istri yang amat mencintainya. Kehidupannya mulai berubah, sampai ia menginjak dewasa.

Jumat, 06 April 2018

Kultum Kisah Inspiratif tentang Jangan Mengeluh



Bismillahirrahmanirrahim
Assalamumalaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil 'alamin
Wabihi nasta’in
Waalaumuridunya wadin
Wa'ala alihi wasahbihi ajmain. Amaba'du

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita kesehatan untuk selalu berkumpul di tempat yang In Sya Allah diridhoi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada jujungan nabi besar kita Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam yang telah menunjukan kita dari jaman yang gelap gulita menuju jaman yang terang menerang seperti saat ini.

Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan sebuah kisah nyata yang mudah-mudahan dapat menginspirasi kita semua dalam kehidupan sehari-hari. Kisah ini bertemakan yaitu jangan mengeluh. Mengapa saya menyari kisah tentang jangan mengeluh karena sebagian besar dari para remaja termasuk saya sendiri masih mengeluh atas tuntutan, pilihan maupun ujian yang Allah berikan kepada kita.

Alkisah, ada seorang bangsawan kaya raya yang tinggal di sebuah daerah padang rumput yang luas. Suatu hari, karena ternak yang dipunyainya semakin banyak, maka sang bangsawan memilih 2 orang anak muda dari keluarga yang miskin untuk dipekerjakan. Pertama, anak muda yang berbadan tinggi dan tegap dipekerjakan sebagai pengurus kuda. Sedangkan yang kedua memiliki badan yang kurus dan lebih kecil dipekerjakan sebagai pengurus ternak kambing.

Setelah beberapa saat, si badan tegap dengan arogan berkata kepada si badan kecil,
"Hai sobat. Aku lebih besar badannya dari badanmu. Aku juga lebih tua darimu. Mulai besok, kita bertukar tempat. Aku memilih untuk mengurus kambing. Dan kamu menggantikan aku mengurus kuda. Awas kalau tidak mau! Dan awas ya, jangan laporkan masalah ini ke tuan kita! Kalau kamu berani lapor atau menolak, tahu sendiri akibatnya! Aku habisi badan kecilmu itu!"
Sore hari, dengan muka murung dan langkah lesunya dia pulang ke rumah. Sesampai di rumah, ibu melihat muka murung dan kegalauan anaknya, kemudian si ibu bertanya, 
"Nak, ada apa? Ada masalah apa? Coba ceritakan ke ibu".
Dengan kasih sayang dan kelembutan seorang ibu, mereka berbincang saat makan malam.
Si anak pun menceritakan peristiwa yang telah terjadi. Dengan bersungut-sungut si anak melanjutkan, 
"Sungguh tidak adil kan, Bu. Dia mengancam dan memaksa aku untuk mengurus kuda-kuda liar. Dia yang berbadan besar memilih mengurus kambing. Badanku kecil begini, bagaimana aku bisa mengejar-ngejar kuda yang begitu besar. Aduuuh Bu... sungguh jelek nasibku".
Sambil menunduk lesu dia menghabiskan santap malamnya.
Si ibu dengan senyum bijak berkata, 
"Nak. Semua masalah pasti ada hikmahnya. Syukuri, hadapi, dan terima dengan besar hati. Tidak usah memusuhi dan membenci temanmu itu. Ibu percaya, semua kesulitan yang akan kamu hadapi, jika kamu mampu belajar dan kerja keras, pasti akan membuatmu menjadi kuat dan bermanfaat untuk masa depanmu".
Sejak saat itu, si anak yang berbadan kurus itu dengan susah payah setiap hari bergelut dengan pekerjaan mengurus kuda-kuda yang besar dan masih liar. Dia harus jatuh bangun mengejar kuda-kuda tersebut, kadang terkena tendangan, bahkan pernah terinjak hingga terluka parah. Dari hari ke hari keahlian dan kemampuannya menguasai kuda-kuda pun semakin membaik. Tidak terasa, tubuhnya pun berkembang menjadi tinggi, tegap dan perkasa.
Hingga suatu hari, terjadi perang antar negara. Kerajaan membutuhkan prajurit pasukan berkuda. Dan si pemuda pun terpilih sebagai pemimpin pasukan berkuda karena kepiawaiannya mengendalikan kuda-kuda.

Di kemudian hari, si pemuda berhasil memimpin dan memenangkan perang yang dipercayakan kepadanya dan dikenal banyak orang karena kebesaran namanya. Dia adalah pemimpin bangsa mongol yang tersohor, bernama: Genghis Khan.


Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Baqarah: 286) yang artinya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…”
Dan juga di dalam (Q.S Al-Baqarah: 216) yang artinya “…Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
Jadi dapat kita simpulkan bahwasannya dalam putaran kehidupan sering kali kita dihadapkan pada keadaan yang sepertinya membuat kita dirugikan, menderita, dan kita pun tidak berdaya kecuali harus menerimanya. Kalau kita larut dalam kekecewaan, marah, emosi, pasti kita sendiri yang akan bertambah menderita.
Lebih baik kita anggap ketidaknyamanan sebagai latihan mental dan kesabaran. Mari berjiwa besar dengan tetap melakukan aktivitas yang positif, sehingga sampai suatu nanti pasti perubahan lebih baik, lebih luar biasa akan kita nikmati. Karena menjadi baik itu baik.
Sekian..

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh